Penasaran Daya Beli Turun, Jokowi Panggil 18 Menteri
Jakarta - Persoalan daya beli turun menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, Jokowi sudah memanggil belasan menteri untuk mencari tahu penyebab penurunan daya beli.
"Bpk Jokowi sudah panggil 18 menteri, untuk tanya kenapa daya beli turun," kata Bambang di Kantornya, Jumat malam (4/8/2017)
Bambang mengatakan, daya beli yang belakangan ini melemah merupakan suatu 'misteri' lantaran data ekonomi secara keseluruhan dalam kondisi baik. Dia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi kwuartal I berada di level 5,01%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi kuartal IV 2016.
Hingga semester I 2017, kegiatan transaksi juga tumbuh signifikan terlihat dari tingginya capaian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang sebesar 13,5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi PPN yang tumbuh menandakan daya beli masih menggeliat, lalu kinerja ekspor yang tumbuh.
"Jadi PPN ini pasti transaksi. Kalau data Kemenperin itu data dari industri manufacturing," kata dia.
Selain itu, tingkat Inflasi juga masih sejalan dengan target yang ditetapkan pemerintah dalam APBNP 2017. Bambang mengatakan, adanya kenaikan jumlah tabungan serta kepemilikan rekening hingga semester I 2017. Kenaikkan itu juga telah dikonfirmasi kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
"Ini tertinggi sepanjang sejarah, saya tidak hafal berapa tepatnya, tapi jumlah tabungan naik tajam, jumlah pemilik rekeningnya pun naik tajam," tambah dia.
Bambang menambahkan, dalam pertemuan 18 menteri dengan Presiden Jokowi juga membahas mengenai telatnya pendistribusian beras sejahtera (rastra) yang menjadi salah satu dampak daya beli melemah.
"Karena bantuan-bantuan telat. Kepala daerah juga begitu kurang detail data yang terima bansos," tutur Bambang (sumber.dtk)
"Bpk Jokowi sudah panggil 18 menteri, untuk tanya kenapa daya beli turun," kata Bambang di Kantornya, Jumat malam (4/8/2017)
Bambang mengatakan, daya beli yang belakangan ini melemah merupakan suatu 'misteri' lantaran data ekonomi secara keseluruhan dalam kondisi baik. Dia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi kwuartal I berada di level 5,01%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi kuartal IV 2016.
Hingga semester I 2017, kegiatan transaksi juga tumbuh signifikan terlihat dari tingginya capaian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang sebesar 13,5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi PPN yang tumbuh menandakan daya beli masih menggeliat, lalu kinerja ekspor yang tumbuh.
"Jadi PPN ini pasti transaksi. Kalau data Kemenperin itu data dari industri manufacturing," kata dia.
Selain itu, tingkat Inflasi juga masih sejalan dengan target yang ditetapkan pemerintah dalam APBNP 2017. Bambang mengatakan, adanya kenaikan jumlah tabungan serta kepemilikan rekening hingga semester I 2017. Kenaikkan itu juga telah dikonfirmasi kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
"Ini tertinggi sepanjang sejarah, saya tidak hafal berapa tepatnya, tapi jumlah tabungan naik tajam, jumlah pemilik rekeningnya pun naik tajam," tambah dia.
Bambang menambahkan, dalam pertemuan 18 menteri dengan Presiden Jokowi juga membahas mengenai telatnya pendistribusian beras sejahtera (rastra) yang menjadi salah satu dampak daya beli melemah.
"Karena bantuan-bantuan telat. Kepala daerah juga begitu kurang detail data yang terima bansos," tutur Bambang (sumber.dtk)
Salam www.sayasexy.blogspot.com
Post a Comment